Every year, Indonesia discards approximately 48 million tons of food, while millions of people struggle with hunger. This issue is not just a matter of food distribution imbalance but also has significant environmental, economic, and social consequences. To address this, GRASP 2030 was launched as an initiative that brings together key stakeholders to reduce food loss and waste by 50 percent before 2030.
Why Should Food Loss and Waste Be Reduced?
Environmental Impact Food waste contributes to 8 to 10 percent of global greenhouse gas emissions (FAO, 2011), accelerating climate change.
Resource Waste Producing food requires vast amounts of water, land, and energy. For instance, it takes 1,800 gallons of water to produce one pound of beef (Mekonnen & Hoekstra, 2012).
Economic Loss Food waste costs the global economy up to 1 trillion dollars annually (FAO, 2015), funds that could be redirected to more productive initiatives.
Food Security With 690 million people experiencing hunger (FAO, 2020), reducing food waste can improve access to food for those in need.
Social Responsibility Many edible foods are discarded due to market aesthetic standards. Instead of being wasted, they could be redirected to help alleviate hunger.
How Does GRASP 2030 Take Action?
GRASP 2030 (Gotong Royong Atasi Susut & Sisa Pangan di Tahun 2030) is a voluntary agreement initiated by the Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) to unite businesses and other stakeholders in reducing food loss and waste by 50 percent by 2030, in line with SDG 12.3.
Since its launch in September 2021, GRASP 2030 has gathered over 20 members from various sectors—including the food and beverage industry, hospitality, startups, think tanks, food banks, and retail—to foster collaboration across the food system.
As a collaborative platform, GRASP 2030 encourages businesses and other actors in the food supply chain to:
- Raise awareness and educate stakeholders on the importance of reducing food loss and waste.
- Help businesses identify practical solutions to minimize food loss.
- Promote policies and innovations in sustainable food management.
- Facilitate food redistribution to those in need instead of letting it go to waste.
GRASP 2030 invites companies, communities, and individuals to be part of a more efficient and sustainable food system.
Contact us to learn more about how you can contribute to GRASP 2030.
================================================================================================
— versi Bahasa Indonesia —
Mengapa Mengatasi Susut dan Sisa Pangan Menjadi Lebih Penting?
Setiap tahun, sekitar 48 juta ton makanan terbuang di Indonesia setiap tahunnya, sementara jutaan orang berjuang melawan kelaparan. Masalah ini bukan hanya soal ketidakseimbangan distribusi pangan, tetapi juga berdampak besar terhadap lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan sosial.
Untuk mengatasi ini, GRASP 2030 hadir sebagai inisiatif yang menyatukan berbagai pemangku kepentingan dalam upaya mengurangi 50 persen kehilangan dan pemborosan pangan sebelum tahun 2030.
Alasan Mengapa Susut dan Sisa Pangan Harus Diatasi
- Dampak Lingkungan
Sampah makanan menyumbang 8 sampai 10 persen emisi gas rumah kaca global (FAO, 2011), yang mempercepat perubahan iklim.
- Pemborosan Sumber Daya
Produksi makanan membutuhkan air, tanah, dan energi dalam jumlah besar. Misalnya, 1.800 galon air digunakan untuk menghasilkan satu pon daging sapi (Mekonnen & Hoekstra, 2012).
- Kerugian Ekonomi
Sampah makanan merugikan ekonomi global hingga 1 triliun dolar per tahun (FAO, 2015), yang bisa dihemat untuk hal lebih produktif.
- Ketahanan Pangan
Saat 690 juta orang mengalami kelaparan (FAO, 2020), mengurangi pemborosan makanan dapat meningkatkan akses pangan bagi mereka yang membutuhkan.
Bagaimana GRASP 2030 Mengambil Tindakan?
GRASP 2030 (Gotong Royong Atasi Susut & Sisa Pangan di Tahun 2030) adalah perjanjian sukarela (voluntary agreement) yang diinisiasi oleh Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) untuk menyatukan bisnis dan pemangku kepentingan lain dalam upaya mengurangi susut dan sisa pangan hingga 50% pada tahun 2030, sesuai dengan SDG 12.3.
Sejak diluncurkan pada September 2021, GRASP 2030 telah menghimpun lebih dari 20 anggota dari berbagai sektor—termasuk industri makanan dan minuman, perhotelan, startup, think tank, bank pangan, dan ritel—untuk mendorong kolaborasi di seluruh sistem pangan.
Sebagai platform kolaboratif, GRASP 2030 mengajak bisnis dan aktor lainnya di seluruh rantai pasokan pangan untuk:
- Meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang pentingnya mengurangi susut dan sisa pangan.
- Membantu bisnis mengidentifikasi solusi praktis untuk mengurangi kehilangan makanan.
- Mendorong kebijakan dan inovasi dalam pengelolaan pangan berkelanjutan.
- Memfasilitasi redistribusi makanan ke pihak yang membutuhkan, alih-alih berakhir di tempat sampah.
GRASP 2030 mengundang perusahaan, komunitas, dan individu untuk berkontribusi dalam menciptakan sistem pangan yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Hubungi kami untuk mengetahui lebih lanjut tentang GRASP 2030